RAJA AMPAT PAPUA
Asal-usul
dan sejarah
Asal
mula nama Raja Ampat menurut mitos masyarakat setempat berasal dari
seorang wanita yang menemukan tujuh telur. Empat butir di antaranya menetas
menjadi empat orang pangeran
yang berpisah dan masing-masing menjadi raja yang berkuasa di Waigeo, Salawati,
Misool Timur dan Misool Barat. Sementara itu, tiga butir telur lainnya menjadi
hantu, seorang wanita, dan sebuah batu.
Dalam
perjalanan sejarah, wilayah Raja Ampat telah lama dihuni oleh masyarakat
bangsawan dan menerapkan sistem adat Maluku. Dalam sistem ini,
masyarakat sekumpulan manusia. Tiap desa dipimpin oleh seorang raja. Semenjak berdirinya lima kesultanan muslim di
Maluku, Raja Ampat menjadi bagian klaim dari Kesultanan Tidore. Setelah
Kesultanan Tidore takluk dari Belanda, Kepulauan Raja Ampat menjadi bagian
klaim Hindia
Belanda
.
Masyarakat
Masyarakat
Kepulauan Raja Ampat umumnya nelayan tradisional yang berdiam di
kampung-kampung kecil yang letaknya berjauhan dan berbeda pulau. Mereka adalah
masyarakat yang ramah menerima tamu dari luar, apalagi kalau kita membawa
oleh-oleh buat mereka berupa pinang
ataupun permen. Barang ini menjadi
semacam 'pipa perdamaian indian' di Raja Ampat. Acara mengobrol dengan makan
pinang disebut juga "Para-para Pinang" seringkali bergiliran satu sama
lain saling melempar mob, istilah setempat untuk cerita-cerita lucu.
Mereka
adalah pemeluk Islam dan Kristen dan seringkali di dalam satu keluarga atau marga terdapat anggota yang memeluk salah satu
dari dua agama tersebut. Hal ini menjadikan masyarakat Raja Ampat tetap rukun
walaupun berbeda keyakinan.
Kekayaan
sumber daya alam
Kepulauan
Raja Ampat merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai
objek wisata, terutama wisata penyelaman. Perairan Kepulauan Raja Ampat menurut
berbagai sumber, merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving
site di seluruh dunia. Bahkan, mungkin juga diakui sebagai nomor satu untuk
kelengkapan flora dan fauna bawah air pada saat ini.
Dr
John Veron, ahli karang berpengalaman dari Australia, misalnya, dalam sebuah
situs ia mengungkapkan, Kepulauan Raja Ampat yang terletak di ujung paling
barat Pulau Papua, sekitar 50 mil sebelah barat laut Sorong, mempunyai kawasan
karang terbaik di Indonesia.
Sekitar 450 jenis karang sempat diidentifikasi selama dua pekan penelitian di
daerah itu.
Tim
ahli dari Conservation International, The Nature Conservancy, dan Lembaga Oseanografi Nasional
(LON) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pernah melakukan
penilaian cepat pada 2001 dan 2002. Hasilnya, mereka mencatat di perairan ini
terdapat lebih dari 540 jenis karang keras (75% dari total jenis di dunia),
lebih dari 1.000 jenis ikan karang, 700 jenis moluska, dan catatan
tertinggi bagi gonodactyloid stomatopod crustaceans. Ini menjadikan 75% spesies
karang dunia berada di Raja Ampat. Tak satupun tempat dengan luas area yang
sama memiliki jumlah spesies karang sebanyak ini.
Ada
beberapa kawasan terumbu
karang yang masih sangat baik kondisinya dengan persentase penutupan
karang hidup hingga 90%, yaitu di selat Dampier (selat antara Pulau Waigeo dan
Pulau Batanta), Kepulauan Kofiau, Kepualauan Misool Tenggara dan Kepulauan
Wayag. Tipe dari terumbu karang di Raja Ampat umumnya adalah terumbu karang
tepi dengan kontur landai hingga curam. Tetapi ditemukan juga tipe atol dan
tipe gosong atau taka. Di beberapa tempat seperti di kampung Saondarek, ketika
pasang surut terendah, bisa disaksikan hamparan terumbu karang tanpa menyelam
dan dengan adaptasinya sendiri, karang tersebut tetap bisa hidup walaupun
berada di udara terbuka dan terkena sinar matahari langsung.
Spesies
yang unik yang bisa dijumpai pada saat menyelam adalah beberapa jenis kuda laut katai, wobbegong, dan ikan pari Manta. Juga ada ikan
endemik raja ampat, yaitu Eviota raja, yaitu sejenis ikan gobbie. Di Manta point
yg terletak di Arborek selat Dampier, Anda bisa menyelam dengan ditemani
beberapa ekor Pari Manta yang jinak seperti ketika Anda menyelam di Kepulauan
Derawan, Kalimantan Timur. Jika menyelam di Cape Kri atau Chicken Reef, Anda
bisa dikelilingi oleh ribuan ikan. Kadang kumpulan ikan tuna, giant trevallies
dan snappers. Tapi yang menegangkan jika kita dikelilingi oleh kumpulan ikan
barakuda, walaupun sebenarnya itu relatif tidak berbahaya (yang berbahaya jika
kita ketemu barakuda soliter atau sendirian). Hiu karang juga sering terlihat,
dan kalau beruntung Anda juga bisa melihat penyu sedang diam memakan sponge
atau berenang di sekitar anda. Di beberapa tempat seperti di Salawati, Batanta
dan Waigeo juga terlihat Dugong atau ikan duyung.
Karena
daerahnya yang banyak pulau dan selat sempit, maka sebagian besar tempat
penyelaman pada waktu tertentu memiliki arus yang kencang. Hal ini memungkinkan
juga untuk melakukan drift dive, menyelam sambil mengikuti arus yang kencang
dengan air yang sangat jernih sambil menerobos kumpulan ikan.
Peninggalan
prasejarah dan sejarah
Di
kawasan gugusan Misool ditemukan peninggalan prasejarah berupa cap tangan yang
diterakan pada dinding batu karang. Uniknya, cap-cap tangan ini berada sangat
dekat dengan permukaan laut dan tidak berada di dalam gua. Menurut perkiraan,
usia cap-cap tangan ini sekitar 50.000 tahun dan menjadi bagian dari rangkaian
petunjuk jalur penyebaran manusia dari kawasan barat Nusantara menuju Papua dan
Melanesia.
Sisa
pesawat karam peninggalan Perang Dunia II bisa dijumpai di beberapa tempat
penyelaman, seperti di Pulau Wai.
Akses
Mengunjungi
kepulauan ini tidaklah terlalu sulit walau memang memakan waktu dan biaya cukup
besar. Kita dapat menggunakan maskapai penerbangan dari Jakarta atau Bali ke
Sorong via Makassar atau Ambon dan Manado selama kurang lebih 6 jam
penerbangan. Dari Sorong, kota yang cukup besar dengan fasilitas lumayan
lengkap. Untuk menjelajahi Raja Ampat pilihannya ada dua, ikut tur dengan
perahu pinisi atau tinggal di resort Raja Ampat Dive Lodge. Sekalipun
kebanyakan wisatawan yang datang ke Raja Ampat saat ini adalah para penyelam,
sebenarnya lokasi ini menarik juga bagi turis non penyelam karena juga memiliki
pantai-pantai berpasir putih yang sangat indah, gugusan pulau-pulau karst nan
mempesona dan flora-fauna unik endemik seperti cendrawasih merah, cendrawasih
Wilson, maleo waigeo, beraneka burung kakatua dan nuri, kuskus waigeo, serta
beragam jenis anggrek.
Ancaman
terhadap kepulauan ini
Kekayaan
keanekaragaman hayati di Raja Ampat telah membuat dirinya memiliki tingkat
ancaman yang tinggi pula. Hal itu bisa dilihat dari kerusakan terumbu karang
dan hutan. Kerusakan terumbu karang umumnya adalah karena aktivitas penangkapan
ikan yang tidak ramah lingkungan seperti bom, sianida dan akar bore
(cairan dari olahan akar sejenis pohon untuk meracun ikan).
Usaha-usaha
konservasi
Untuk
menjaga kelestarian bawah laut Kepulauan Raja Ampat, usaha-usaha konservasi
sangat diperlukan di daerah ini. Ada dua lembaga internasional yang konsen
terhadap kelestarian sumber daya alam Raja Ampat, yaitu CI (Conservation International) dan TNC (The Nature Conservancy).
Pemerintah sendiri telah menetapkan laut sekitar Waigeo Selatan, yang meliputi
pulau-pulau kecil seperti Gam, Mansuar, kelompok Yeben dan kelompok Batang
Pele, telah disahkan sebagai Suaka Margasatwa Laut. Menurut SK Menhut No.
81/KptsII/1993, luas wilayah ini mencapai 60.000 hektare.
Selain
itu, beberapa kawasan laut lainnya telah diusulkan untuk menjadi kawasan
konservasi. Masing-masing adalah Suaka Margasatwa Laut Pulau Misool Selatan,
laut Pulau Kofiau, laut Pulau Asia, laut Pulau Sayang dan laut Pulau Ayau.